Biarpun tampak sepele, nyeri lutut sering kali terasa mengganggu. Apalagi bagi masyarakat perkotaan usia produktif yang kesehariannya dipenuhi aktivitas dengan mobilitas tinggi. Untuk itu, pengetahuan tentang nyeri lutut diperlukan agar diambil tindakan penanganan paling tepat. Pasalnya, jika dibiarkan terus-menerus, bisa timbul masalah-masalah seperti sering nyeri yang tak kunjung sembuh, sehingga tidak dapat menjalankan olahraga lagi.
"Yang paling berat masalahnya adalah timbulnya perkapuran dini. Perkapuran pada sendi lutut biasanya akan timbul pada usia lebih dari 60 tahun, tetapi pada kasus-kasus cedera lutut yang tidak ditangani dengan baik, sering kali pada usia 40 tahun gejala perkapuran sudah sangat nyata," papar Dr Andre Pontoh.
Untuk mendiagnosis perkapuran sendi lutut dan menilai kondisi umum tulang-tulang di dalam sendi lutut, biasanya dilakukan penerawangan dengan sinar-X (rontgen). Pada kasus ringan, pengobatan bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup melalui diet dan menghindari kegiatan-kegiatan yang memberikan tekanan berlebihan pada lutut (high-impact).
"Pada tahap-tahap dini kasus perkapuran ini, obatobatan dan fisioterapi dapat memberikan hasil yang baik. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, sering kali pasien memerlukan terapi operasi," saran Andre yang merupakan satu-satunya dokter ahli bedah ortopedi di Indonesia yang melakukan Double Bundle ACL Reconstruction, sebuah teknik operasi penggantian urat lutut yang putus yang pertama kali ditemukan di Jepang.
Saat ini, pembedahan pada kasus kelainan sendi telah dilakukan dengan metode Minimal Invasive Surgery, yakni pembedahan dengan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa, atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.
Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.
Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan kecil (sekitar 5 mm), lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Alat ini cukup fleksibel melihat ke segala sudut. Lensa kamera pun bisa memperbesar objek. Dengan begitu, bagian dalam sendi dapat dipantau dan diperiksa dengan jelas melalui monitor yang terhubung dengan alat tersebut. Setelah diagnosis ditegakkan, ahli bedah ortopedi dapat memperbaiki kelainan yang ada bila diperlukan.
Untuk melakukan bedah arthroscopy, pasien tak perlu ke luar negeri. Saat ini sejumlah rumah sakit di Jakarta juga telah menerapkan prosedur tersebut. Jakarta Knee&Shoulder Orthopaedic Sport Center yang merupakan subspesialistik dari RS Pondok Indah Jakarta, misalnya, bahkan telah melengkapi diri dengan fasilitas terkini, yakni High Definition Arthroscopy System generasi terbaru. Alat ini konon menghasilkan tampilan gambar dengan resolusi tertinggi dibanding alat-alat sebelumnya yang hanya menggunakan single chip dan three chips. Sehingga, hasil diagnostik pun lebih baik. Keunggulan lainnya, dokter dapat langsung melakukan terapi dalam waktu yang bersamaan.
"Yang paling berat masalahnya adalah timbulnya perkapuran dini. Perkapuran pada sendi lutut biasanya akan timbul pada usia lebih dari 60 tahun, tetapi pada kasus-kasus cedera lutut yang tidak ditangani dengan baik, sering kali pada usia 40 tahun gejala perkapuran sudah sangat nyata," papar Dr Andre Pontoh.
Untuk mendiagnosis perkapuran sendi lutut dan menilai kondisi umum tulang-tulang di dalam sendi lutut, biasanya dilakukan penerawangan dengan sinar-X (rontgen). Pada kasus ringan, pengobatan bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup melalui diet dan menghindari kegiatan-kegiatan yang memberikan tekanan berlebihan pada lutut (high-impact).
"Pada tahap-tahap dini kasus perkapuran ini, obatobatan dan fisioterapi dapat memberikan hasil yang baik. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, sering kali pasien memerlukan terapi operasi," saran Andre yang merupakan satu-satunya dokter ahli bedah ortopedi di Indonesia yang melakukan Double Bundle ACL Reconstruction, sebuah teknik operasi penggantian urat lutut yang putus yang pertama kali ditemukan di Jepang.
Saat ini, pembedahan pada kasus kelainan sendi telah dilakukan dengan metode Minimal Invasive Surgery, yakni pembedahan dengan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa, atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.
Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.
Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan kecil (sekitar 5 mm), lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Alat ini cukup fleksibel melihat ke segala sudut. Lensa kamera pun bisa memperbesar objek. Dengan begitu, bagian dalam sendi dapat dipantau dan diperiksa dengan jelas melalui monitor yang terhubung dengan alat tersebut. Setelah diagnosis ditegakkan, ahli bedah ortopedi dapat memperbaiki kelainan yang ada bila diperlukan.
Untuk melakukan bedah arthroscopy, pasien tak perlu ke luar negeri. Saat ini sejumlah rumah sakit di Jakarta juga telah menerapkan prosedur tersebut. Jakarta Knee&Shoulder Orthopaedic Sport Center yang merupakan subspesialistik dari RS Pondok Indah Jakarta, misalnya, bahkan telah melengkapi diri dengan fasilitas terkini, yakni High Definition Arthroscopy System generasi terbaru. Alat ini konon menghasilkan tampilan gambar dengan resolusi tertinggi dibanding alat-alat sebelumnya yang hanya menggunakan single chip dan three chips. Sehingga, hasil diagnostik pun lebih baik. Keunggulan lainnya, dokter dapat langsung melakukan terapi dalam waktu yang bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar