Selamat datang di web-blog AIC Group. Terima kasih atas kunjungan anda di web-blog ini. Semoga seluruh informasi yang ada di dalam web-blog ini berguna untuk semua. Seluruh informasi yang ada dalam web-blog ini sifatnya umum dan diambil dari berbagai sumber. Bagi yang ingin menyumbangkan tulisan dan bermanfaat untuk semua, silakan hubungi admin. Jangan anggap tabu lagi untuk berbicara soal seks, sebelum anda sendiri mengalaminya sendiri.

10 Agustus 2008

SEJARAH BERDIRINYA KASULTANAN YOGYAKARTA

Hari gini belum kenal jogja? Aduh basi tau........ Jangan bilang orang Jogja dong kalo sejarah berdirinya aja kagak tau...-^- Ya udah dari pada bingung, ini dia nih sejarah berdirinya kota gudeg.

Sebelum berdirinya Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman, pada waktu itu yang ada hanya Kraton Kasunanan Surakarta, pindahan dari Kraton Mataram Kartasura. Ketika istananya masih berada di Kartasura, terjadi peristiwa pemberontakan orang-orang China yang dikenal dengan sebutan Geger Pacina, tahun 1740-1743. Paku Buwono II tidak berdaya menghadapi pemberontakan ini dan hanya dengan bantuan Belanda-lah peristiwa tersebut dapat dipadamkan. Karena istana Kartasura mengalami kerusakan yang parah sekali, lalu ibukota dipindahkan ke Desa Solo yang kemudian disebut Surakarta.

Pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II di Kraton Surakarta tahun 1744, masih terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Tumenggung Mertopuro melawan Kraton Surakarta, namun oleh Pangeran Mnagkubumi (adik Paku Buwono II) Tumenggung Mertopuro dapat ditaklukkannya.

Dalam suatu perundingan antara Paku Buwono II yang didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (Penasehat Kepercayaannya) dengan pihak Belanda yang diwakili oleh Mr. Hoogendorf, utusan Belanda itu meminta Paku Buwono II untuk menyerahkan seluruh wilayah pesisir utara Pulau Jawa kepada VOC. Permintaan itu sebagai tuntutan atas jasa Belanda ketika berhasil memadamkan pemberontakan orang-orang China di Kartasura. Pangeran Mangkubumi tidak menyetujui permintaan itu, meski ia tahu bahwa kedudukan Paku Buwono II sangat sulit. Berawal dari masalah itulah Pangeran Mangkubumi kemudian memohon izin dan doa restu kepada Paku Buwono II untuk menentang dan mengangkat senjata melawan Kompeni Belanda/VOC.

Setelah mendapat restu dari Paku Buwono II, dengan memperoleh pusaka tombak Kyai Plered, tanggal 21 April 1747 Pangeran Mangkubumi meninggalkan Kraton Surakarta menuju ke dalam hutan bersama keluarga dan pasukannya yang setia untuk bergerilya melawan VOC. Dalam mengadakan perlawanan itu, Pangeran Mangkubumi bergabung dengan RM. Said (Pangeran Sambernyawa) yang sudah lebih dahulu menentang Paku Buwono II dan VOC.
Sebelum Paku Buwono II wafat, kekuasaan seluruh tanah Jawa telah diserahkan kepada VOC pada tanggal 16 Desember 1749. Karena itu yang menobatkan/mengangkat raja-raja di tanah Jawa keturunan Paku Buwono II adalah VOC. Setelah Paku Buwono II wafat, Belanda mengangkat RM. Suryadi (Putra Mahkota) sebagai Sunan Paku Buwono III. Ia praktis jadi boneka karena menurut kontrak politik, raja tersebut hanya berkedudukan sebagai peminjam tanah VOC.


Ketika pemerintahan Paku Buwono III ini, perlawanan Pangeran Mangkubumi terhadap Belanda semakin menghebat. Dalam setiap pertempuran pasukan Belanda selalu terdesak oleh serangan Pangeran Mangkubumi. Bahkan ketika terjadi pertempuran sengit di Sungai Bogowonto, semua pasukan Belanda termasuk komandannya mati terbunuh. Akhirnya Belanda meminta kepada Pangeran Mangkubumi untuk berunding.

Kemudian terjadilah perjanjian antara ketiga pihak yaitu Pangeran Mangkubumi, Paku Buwono III dan Belanda/VOC. Perjanjian itu diadakan di desa Giyanti (Salatiga) pada tanggal 13 Febuari 1755 yang disebut Perjanjian Giyanti. Akibat dari perjanjian inilah, Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua bagian yaitu Kraton Kasunanan Surakarta dan Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Selanjutnya dengan daerah barunya itu, Pangeran Mangkubumi mendirikan Kerajaan Mataram Yogyakarta di wilayah Beringan pada tahun 1756. Dan beliau kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan gelar lengkapnya ialah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tidak ada komentar: